Ringkasan pergerakan terbaru
Bitcoin tercatat mengalami penurunan menuju US$90.331, menandai level terendah dalam tujuh bulan terakhir. Gerak harga ini memicu perhatian pelaku pasar karena kecepatan koreksi yang terjadi setelah periode konsolidasi. Namun, data on‑chain dan perubahan posisi neto di bursa memberi sinyal bahwa penurunan ini diikuti periode akumulasi, bukan kepanikan jual masal.

Dalam 24 jam terakhir tercatat arus keluar (outflow) dari bursa mencapai sekitar 20.167 BTC, atau setara kurang lebih US$1,82 miliar pada harga saat itu. Volume keluar semacam ini biasanya dikaitkan dengan pemindahan aset ke cold storage atau dompet jangka panjang, sehingga memperlihatkan kepercayaan investasi jangka panjang di tengah koreksi harga.
Data on‑chain: Sinyal akumulasi di tengah tekanan
Salah satu metrik penting yang menjadi sorotan adalah peningkatan persentase pasokan holder jangka pendek (short‑term holders) yang berada dalam posisi rugi. Sejarah menunjukkan bahwa lonjakan persentase ini sering muncul pada fase tekanan maksimal sebelum titik balik jangka menengah.
Meski jumlah STH dalam rugi meningkat, indikator perilaku pasar belum menunjukkan gelombang penjualan panik. Hal ini terlihat dari penurunan aliran koin ke bursa yang biasanya menjadi prasyarat untuk pelepasan posisi massal. Kombinasi peningkatan STH in‑loss dan outflow bursa mengindikasikan bahwa banyak pelaku pasar memilih untuk menahan atau memindahkan aset, bukan untuk segera merealisasikan kerugian.
Apa arti STH in‑loss?
- STH in‑loss mengukur persentase koin yang dimiliki oleh alamat yang membeli dalam jangka waktu pendek dan kini berada di posisi rugi.
- Nilai tinggi mengindikasikan tekanan jual jangka pendek, tapi juga sering muncul hampir pada titik belok dalam siklus pasar.
- Pengamatan terhadap perilaku aliran (flow) dan likuiditas membantu menginterpretasikan apakah STH in‑loss berujung pada kapitulasi atau pembelian bertahap.
Outflow exchange: indikator kepercayaan jangka panjang
Arus keluar sebesar 20.167 BTC yang tercatat secara bersamaan dengan penurunan harga memberi dua sinyal penting. Pertama, ada pemindahan signifikan dari wallet exchange ke alamat luar (custody) yang umumnya menandakan keputusan akumulasi jangka panjang. Kedua, turunnya pasokan yang tersedia untuk diperdagangkan di bursa berpotensi mengurangi tekanan jual jika permintaan tetap ada atau meningkat.
Outflow terus‑menerus dari bursa seringkali diasosiasikan dengan keyakinan investor untuk menyimpan aset daripada memperdagangkannya. Dalam konteks volatilitas saat ini, pola tersebut memperkuat hipotesis bahwa koreksi harga dapat menjadi kesempatan akumulasi bagi sebagian pelaku pasar.
Tingkat support dan skenario teknikal
Pemantauan level teknikal penting untuk menilai kelanjutan pergerakan. Saat ini Bitcoin terlihat bertahan di sekitar level support utama di kisaran US$89.800. Level ini telah berfungsi sebagai buffer selama penurunan terbaru.
Ada dua skenario utama yang perlu dipertimbangkan:
- Skenario pemulihan: Jika BTC mampu mempertahankan support di US$89.800 dan tercatat adanya permintaan beli, kemungkinan rebound menuju US$95.000 meningkat. Sinyal penguatan adalah berkurangnya inflow ke bursa dan lanjutan outflow yang menandakan akumulasi.
- Skenario penurunan lebih dalam: Jika momentum bullish memudar dan support gagal dipertahankan, BTC bisa menurun lebih lanjut, dengan level berikutnya yang diperhatikan sekitar US$86.822. Pergerakan di bawah level tersebut akan membatalkan narasi pembentukan dasar jangka menengah dan membuka ruang koreksi yang lebih dalam.
Faktor teknikal yang patut diamati
- Volume perdagangan di bursa spot dan derivatif
- Funding rate di pasar berjangka (positif/negatif ekstrem)
- Open interest dan likuiditas pada level harga kunci
- Indikator volatilitas dan waktu bertahap moving averages
Konteks pasar kripto di 2025
Tahun 2025 membawa beberapa dinamika makro dan struktural yang mempengaruhi harga aset kripto. Setelah periode adopsi institusional dan peluncuran produk keuangan kripto beberapa tahun terakhir, pasar kini bereaksi terhadap kombinasi kebijakan moneter global, regulasi yang lebih jelas, dan perkembangan teknologi lapisan kedua (L2).
Beberapa konteks kunci untuk 2025:
- Penyesuaian kebijakan suku bunga: Perekonomian global yang mulai menyesuaikan dari periode pengetatan suku bunga memengaruhi alokasi modal ke aset berisiko termasuk kripto.
- Produk institusional: Permintaan institusi untuk eksposur kripto tetap relevan, meskipun aliran modal dapat fluktuatif tergantung sentimen makro dan likuiditas pasar.
- Inovasi lapisan kedua dan scaling: Peningkatan adopsi L2 semakin menambah utilitas ekosistem dan mengurangi biaya transaksi, yang mendukung ekosistem jangka panjang.
- Regulasi yang lebih mapan: Kerangka regulasi di berbagai yurisdiksi menjadi lebih jelas, mempengaruhi strategi kepatuhan dan alokasi investor institusional.
- Interaksi AI dan Web3: Integrasi teknologi AI dalam infrastruktur keuangan dan layanan Web3 memperluas kasus penggunaan, meski implikasinya terhadap harga jangka pendek masih bervariasi.
Apa yang sebaiknya diperhatikan oleh investor
Bagi investor, koreksi seperti ini menuntut keseimbangan antara peluang dan manajemen risiko. Berikut beberapa langkah praktis yang dapat dipertimbangkan:
- Dollar‑cost averaging (DCA): Strategi membeli secara bertahap dapat meratakan harga masuk dan mengurangi risiko membeli pada puncak volatilitas.
- Menetapkan batas risiko: Gunakan ukuran posisi yang sesuai dengan profil risiko dan tentukan level stop‑loss atau alokasi maksimum untuk volatilitas tinggi.
- Monitor metrik on‑chain: Perhatikan outflow/inflow exchange, STH in‑loss, perubahan alamat aktif, dan distribusi kepemilikan untuk sinyal akumulasi atau kapitulasi.
- Amati likuiditas pasar derivatif: Funding rate yang sangat negatif atau positif dapat memberikan petunjuk sentimen berisiko jangka pendek.
- Jangka waktu investasi: Sesuaikan strategi dengan horizon investasi — investor jangka panjang dan spekulan jangka pendek akan membuat keputusan berbeda berdasarkan data yang sama.
Risiko dan faktor pemicu perubahan arah
Beberapa faktor dapat mengubah arah yang saat ini terlihat sebagai pembentukan dasar, antara lain:
- Perubahan kebijakan moneter yang tak terduga atau data ekonomi makro negatif yang memicu aversi risiko global.
- Berita regulasi signifikan dari yurisdiksi besar yang dapat mempengaruhi akses institusional dan ritel.
- Lonjakan penjualan dari alamat besar (whales) atau likuidasi margin yang memicu tekanan jual berantai.
- Perubahan teknis di ekosistem yang menimbulkan kekhawatiran keamanan atau gangguan layanan.
Kesimpulan
Penurunan Bitcoin ke sekitar US$90.331 menandai koreksi yang signifikan namun belum tentu menandakan awal pasar bearish berkepanjangan. Kombinasi peningkatan STH in‑loss dan arus keluar besar dari bursa cenderung mengindikasikan adanya akumulasi, bukan kapitulasi luas.
Untuk investor, penting menjaga disiplin manajemen risiko sambil memantau metrik on‑chain dan kondisi likuiditas pasar. Jika support di sekitar US$89.800 bertahan, peluang rebound menuju US$95.000 terbuka. Sebaliknya, penutupan di bawah level support kunci dapat membuka ruang penurunan lebih jauh.
Dalam konteks 2025, faktor makro, regulasi yang berkembang, dan kemajuan teknis akan terus menjadi penentu arah jangka menengah. Pelaku pasar disarankan untuk menggabungkan analisis teknikal, data on‑chain, dan variabel ekonomi makro saat merumuskan keputusan investasi.
Disclaimer: Artikel ini disusun berdasarkan informasi yang tersedia untuk publik.
MEXC tidak memverifikasi atau menjamin keakuratan konten pihak ketiga.
Pembaca harus melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan investasi.
Bergabung dengan MEXC dan mulai trading hari ini
Daftar


